Senin, 25 November 2013

Batang Hari Sembilan

Batang Hari Sembilanadalah
istilah untuk irama musik
dengan petikan gitar tunggal
yang berkembang di Wilayah
Sumatera Bagian Selatan. Dalam
pengertian yang lebih luas,
Batang Hari Sembilan adalah
kebudayaan yang berbasis pada
sungai. Kebudayaan ini adalah
kebudayaan agraris yang selaras
dengan alam. Musik yang
diekspresikan dari budaya ini
bernuansa romantik, melonkolik
dan naturalistik. Kebudayaan
sungai ini dapat ditunjukkan
dari pola pemukiman
masyarakat asli yang berjajar di
pinggir sungai. beberapa
peralatan hidup seperti
transportasi dan alat pengolahan
padi(antan delapan) juga
digerakkan oleh arus sungai.
Pengertian
Pengambilan nama Batang Hari
Sembilan itu sebenarnya
mengikut ke pada adanya 9 anak
sungai Musi. Sungai Musi
merupakan sungai terbesar di
daerah ini yang membelah kota
Palembang menjadi dua bagian.
Sebutan Batanghari Sembilan,
suatu istilah "tradisional" untuk
menyebut sembilan buah sungai
besar yang merupakan anak
Sungai Musi, yakni : Klingi, Bliti,
Lakitan, Rawas, Rupit, Lematang,
Leko, Ogan, dan Komering.
Pendapat lain mengatakan
konsep atau istilah Batanghari
Sembilan, mengacu ke wilayah,
adalah sebutan lain dari
kawasan Sumatra Bagian Selatan
(
Sumsel, Jambi, Lampung,
Bengkulu) yang memiliki
sembilan sungai (batanghari)
yang berukuran besar.
Batanghari dalam beberapa
bahasa lokal di Sumsel, misalnya
saja bahasa Rambang
(Prabumulih) atau bahasa Bindu
(Kecamatan Peninjauan) berarti
sungai, bersinonim dengan kali
(Jawa) atau river (Inggris). Pada
perkembangan selanjutnya,
batanghari sembilan juga
bermakna budaya, yaitu budaya
batanghari sembilan, di
antaranya adalah musik dan lagu
batanghari sembilan (selanjutnya
batanghari sembilan). Secara
garis besar musik dan lagu
batanghari sembilan adalah
salah satu genre seni musik atau
lagu daerah yang berkembang di
Sumatera Selatan layaknya di
daerah lain Indonesia.
Alat dan Tembang
Alat yang dipergunakan untuk
mengiringi tembang, di masa
lalu masyarakat memiliki alat-alat
musik tradisional seperti Serdam,
Ginggung, Suling, Gambus,
Berdah dan Gong alat
tersebutlah yang mengikuti
rejung atau tembang atau
adakalanya mereka melantunkan
tembang tanpa alat dan tanpa
syair “meringit”. Selain ini
adalagi sastra lisan seperti
guritan, andai-andai, memuning
dan lain-lain saat ini sudah
langka yang dapat
melakukannya. Dengan
kemajuan yang dilalui,
masyarakatnya berinteraksi
dengan peralatan moderen,
menyebabkan alat tradisional
tersebut bertambah atau
berganti alat-alat baru seperti
Accordion (ramanika), Biola (piul)
dan Guitar (itar). Sejak tahun
enam puluh-an didominasi oleh
GitarTunggal ( hanya
mempergunakan dan hanya satu
gitar saja ) untuk mengiringi
tembang. Tembang tersebut
biasanya hanyalah berupa
Pantunempat kerat bersajak a-b
a-b, bahasa yang dipergunakan
adalah bahasa melayu. Sekedar
contoh dalam lagu batang hari
sembilan bait Syairnya adalah
seperti ini: Kain abang bejait
tangan, Belapik tikae batang
padi, Ghimbe kuang bukan
alangan, Kalu Kendaan kan di
jalani.
Kalau kita terjemahkan secara
bebas ke dalam bahsa Indonesia
maka artinya seperti ini: Kain
merah dijahit tangan, Beralas
tikar batang padi, Hutan rimba
lebat bukan halangan, Kalau
kemauan akan dijalani.
Lagu batang hari sembilan
seringkali dibawakan oleh anak
bujang sambil berjalan
berkunjung ke rumah gadis dari
dusun ke dusun dengan diiringi
oleh gitar tunggal. Disebut gitar
tunggal karena biasanya
cocoknya dan mudahnya diiringi
oleh satu gitar. Bahkan sampai
sekarang saya belum pernah
mendengar bahwa lagu tersebut
diiringi oleh dua gitar sekaligus.
Sambil berjalan di kesunyian
malam di masa lalu, bujang2
membawakan lagu batang hari
sembilan yang umumnya
berkisah tentang romantika
kehidupan bujang dusun pada
masa itu.
Dari contoh diatas kita tahu
bahwa bahasa yg digunakan
adalah bahasa Melayu dengan
dialek Batang Hari Sembilan.
Bahasa ini adalah bahasa umum
digunakan oleh masyrakat
SUMBAGSEL (Sumatera Bagian
Selatan) yg meliputi Jambi,
Sumsel, lampung dan Bengkulu.
Untuk diketahui juga bahwa
tidak semua derah wilayah
Sumbagsel menggunakan bahsa
tersebut sebagai bahsa sehari-
hari, melainkan sebagian
besarnya saja. Misalnya untuk
Propinsi Bengkulu, yg
menggunakan bahasa tersebut
hanya di Kecamatan Padang
Guci, Kecamatan Kinal dan
Kecamatan Kedurang yg berada
di Wilayah Bengkulu Selatan. Di
kecamatan2 itulah lagu Batang
Hari sembilan dibawakan
dengan menggunakan bahasa
melayu seperti diatas. Sedangkan
unyuk proinsi sumsel Lagu
Batang Hari Sembilan digunakan
secara lebih luas. Karena
mungkin asal usul
penyebarannya dulu dari wilayah
Sumsel.
Nuansa Estetika
Iramadannadayang muncul
dari tembang atau rejung itu
memiliki nuansa estetika natural,
dalam arti membawakan suara
alam semesta yang pada
dasarnya jarang orang tidak
dapat mengappresiasinya.
Nuansa estetika natural ini tidak
hanya sekadar memenuhi
konsumsi pemikiran energis,
melainkan lebih kepada unsur
qalbu sentimental. Jiwa
insaniah
yang terdalam dapat diraih,
maka kadang-kadang tidak
mengherankan jika unsur
pemikirian tidak terlalu dominan
sehingga dapat memberi celah
hidup dalam hati, di situlah letak
dari tembang ini. Tentu saja
sasarannya adalah manusia yang
masih hidup secara batiniahnya.

Wikipedia ™

Tidak ada komentar:

Posting Komentar